Jumat, 23 April 2021

Laporan Bacaan: Characteristics of Middle School Learners (Magang 1) #Tres

 KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TINGKAT SMP/SEDERAJAT

oleh: Muhammad Rifqi (11901150) 

PAI 4B FTIK IAIN Pontianak 2021


Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalaamualaikum ya Asdiqaa'i. Marhaban bikum, Masaa'al Kahir?

Memasuki hari ke sebelas pada bulan Ramadhan ini, saya diberikan keberkahan waktu oleh Allah untuk menyusun laporan bacaan mingguan guna memenuhi tugas mata kuliah “Magang 1” yang mana bahan bacaan saya pada pekan ini menyinggung tentang karakteristik peserta didik, lebih khususnya yaitu peserta didik tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat. Entah mengapa pekan ini saya tertarik untuk membaca artikel ini, mungkin karena saya akan melakukan observasi di sebuah Madrasalah Tsanawiyah. Well, let see then. Adapun referensi bacaan saya dapat anda lihat langsung melaui link ini à https://blog.penningtonpublishing.com/reading/characteristics-of-middle-school-learners/


Pelajar Sekolah Menengah Pertama atau SMP memiliki karakteristik yang cukup berbeda secara kualitatif dibanding para siswa dan siswi atau anak Sekolah Dasar atau SD. Hal ini yang saya yakini kepada para orang tua (walaupun saya belum menjadi orang tua, hehehe…) yang tentunya mereka lebih mengenal anak mereka sendir dibanding guru-guru dari anak mereka yang hanya mengajar anak-anak mereka disekolah selama lima atau enam hari denagn durasi jam sekitar lebih kurang tujuh jam per harinya. Berdasarkan artikel yang menjadi rujukan saya tersebut memaparkan bahwa para orang tua biasanya akan mendapati anaknya yang sedang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederaat akan melalui fase dimana terjadi perubahan karakteristik secara kognitif dan sosial pada anak mereka. Seorang guru Bahasa Inggris di Amerika serikat mendapati para siswanya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau mereka sebut dalam bahasa inggris sebagai Middle Scooler menghadapi tantangan belajar serta masing-masing dari mereka memiliki kesuksesan tingkat belajar yang berbeda-beda.

 Dari pengalamannya menjadi guru Bahasa Inggris di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, beliau mendapati bahwa anak-anak atau para siswa dan siswi di Sekolah Menengah Pertama memiliki daya semangat baca secara umum yang agak tinggi dibanding dengan para siswa dan siswi atau anak-anak di tingkat Sekolah Dasar. Hal ini beliau duga karena anak-anak atau para siswa dan siswi di tingkat Sekolah Menengah Pertama memiliki rasa penasaran serta rasa ingin tau yang cukup besar dibanding dengan anak-anak atau para siswa dan siswi di tingkat Sekolah Dasar atau primary school. Sebelum mengalami hal ini, beliau mengira bahwa karakteristik daya minat baca pada anak-anak atau para siswa di tingkat Sekolah Dasar dan anak-anak atau para sisa di tingkat Sekolah Menengah Pertama akan sama, nyatanya beliau salah dalam hal ini.

 

Para siswa di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)  memiliki banyak hal yang harus mereka pelajari dibanding anak anak di tingak Sekolah Dasar (SD). Para siswa atau anak-anak di Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan memerlukan lebih benyak tentang pengetahuan kosa kata, pelajaran sikap sosial serta pembelajaran membangun hubungan yang baik dibanding dengan para siswa atau anak-anak di seklah dasar (SD). Namun, semuanya tak selalu berjalan lurus. Terkadang anak-anak atau para siswa dan siswi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) menghadapi lebih banyak hambatan belajar dibanding dengan anak-anak atau para siswa di Sekolah Dasar (SD). Fase ealy teenager memang berbahaya kan guys? Jika tanpa bimbingan, maka mereka kemungkinan akan berakhir kepada masalah kenakalan remaja. Semoga hal teesebut tidak akan terjadi kepada adik-adik dan keluarga kita ya.

 

Pada paragraph atau alenia ke empat dari artikel, sang penulis menyebutkan bahwa walaupun anak-anak atau para siswa dan siswi di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki minat baca yang lebih besar dibanding dengan anak-anak atau para siswa dan siswi di tingkat Sekolah Dasar (SD), anak SMP cendrung lebih cepat bosan ketika dihadapkan dengan suatu bacaan sederhana berbasis kartun sehingg beliau melihat bahwa murid-muridnya langsung memilih untuk langsung tidak belar ketika di hadapkan dengan sebuah materi pengembangan yang berbasis pelajaran kelas 4 SD. Para murid beliau langsung tidak tertarik ketika melihat sebuah judul bacaan yang di sampingnya tersisipkan sebuah kartun yang terkesan kekanak-kanakan.

 

Anak-anak atau para siwa dan siswi di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan lebih mementingkan konsep diri tentang menhadapi situasi nyata dibanding dengan seuatu yang tidak pasti sehingga biasanya para siswa dan siswi atau anak-anak di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan langsung merasa bosan jika di hadapkan dengan sebuah bacaan-bacaan yang mereka anggap semu sehingga tak jarang rekasi yang mereka keluarkan saat membaca berita-berita di Koran adalah sebuah kebosanan dan jauh dari kata menarik meskipun tidak semua dari anak-anak atau para siswa dan siswi di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki respon yang sama terhadap hal demikian.

 

Sebuah riset yang dilakukan oleh tima peneltian The RtI (Response to Interventio) Jaringan kota di Amerika Serkat (USA) melaporkan bahwa sebagai seorang guru di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) memerlukan kemampuan startegi pengajaran menumbuhkan minat membaca dan menulis pada anak-anak atau para siswa dan siswi SMP, adapun artikel yang bisa menjadi rujukan para guru di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) salah satunya adalah yang bertajuk Twelve Tips to Teach the Reading-Writing Connection yang di unggah di blog blog.penningtonpublishing.com . Selanjutnya, para guru di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) hendaknya menekankan kepada murid-murid mereka akan pentingnya informasi dari konten bacaan yang diberikan. Lebih lanjut, hal ini juga bisa menjadi objek penilaian tersendiri dimata para guru di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

 

Perkembangan Kognitif Siswa SMP

Saat memasuki usia dua belas tahun, tiga belas tahun dan empat belas tahun, mayoritas dari para siswa dan siswi di tingkat Sekolah Menengah Pertama mulai mengalami masa-masa berkembang dari segi memahami imbol-simbol kedewasaan dan konsep yang abstrak. Menurut kalsifikasi Piaget, para siswa akan mengalami perkembangan tahap kemapuan operasional formal menuju tahap perkembangan kemampuan kedewasaan awal. Faktanya, belajar membuat otak mereka berkembang sehingga mereka mereka akan menghalami perkembangan paling lambat sebelum menuju fase kedewasaan selanjutnya, umunya, para remaja di SMP mengalami perkembangan karakteristik anatara lain:

1.     Rasa penasaran yang amat tinggi untuk mempelari hal-hal baru yang menurut mereka sangat berguna

2.     Menikmati pemecahan masalah yang mereka hadapi atau benar-benar terjadi di dunia nyata.

3.     Lebih mementingkan diri sendiri serta bagaimana bersikap kepada teman-teman meraka

4.     Menolak perataruan orang dewasa serta menginginkan kebebasan

5.     Mulai berfiki kritis

Dari lima poin diatas, rasa-rasanya banyak dari diri kita mengalami hal-hal tersebut di usai 12-14 tahun kan guy?. Lebih umumnya lagi, banyak anak SMP juga yang sudah mulai mengenal pacaran. Entahlah, mungkin karena pengaruh fase pubertas awal kali ya?

Dari semua paparan diatas, saya mencobat untuk menerjemahkan dari artikel aslinya yang berbahasa inggris ke bahasa Indonesia dengan 100% kalimat saya sendiri sehingga saya mohon maaf jika banyak terjemahan yang kurang tepat atau typo yang mengganggu. Semua pembahasan  diatas masih belum semua yang saya terjemahkan dari artikel aslinya, sehingga jika kawan-kawan sekalian tertarik untuk membacanya lebih lanjut, kawan-kawan bisa langsung mengunjungi blog aslinya yang berbahasa inggris yang saya taruh linknya di paragraph atau alenia pertama, sekaligus melatih kemampuan English Reading Skill kalian. Saran saya jika kalian belum mampu membaca langsung, jangan diterjemahkan di google translate ya, karena sudah dipastikan bahwa terjemahannya akan berujung tidak masuk akal alias kalimat yang penuh dengan kerancuan.

 

Berbicara soal masa-masa SMP, tak lain dan tak bukan adalah masa-masa yang membosankan bagi saya. Letihnya belajar serta menghadapi guru yang galak sudah menjadi makanan sehari-hari yang mau tidak mau harus dirasakan oleh sabgian kita. Walaupun sekarang saya merasa agak menyesal karena tidak menggunakan waktu belajar yang maksimal di masa-masa SMP sehingga saya merasa kecacatan ilmu yang saya rasakan sekarang akibat ketidakmaksiamalan saya dalam menggunakan waku untuk di belajar di masa-masa tersebut. Tapi sudahlah, semuanya sudah berlalu, untuk adik-adik yang sekarang sedang mati-matian belajar daring karena pandemi, jangan putus semangat ya. Dengan izin Allah, semua itu pasti berlalu.

 

Masa-masa SMP saya penuh dengan cerita dan dinamika. Perubahan emosi yang selalu teradi di dalam diri senantiasa membuat perasaan menjadi tak menentu. Mulai dari rasa ingin untuk melanggar aturan sekolah sampai melalaikan Pekerjaa Rumah (PR) sudah pasti pernah dilakukan. Tak jarang hal-hal seperti ini yang membuat kita sangat merasa muak untuk berlama-lama berada di sekolah. Baru pukul delapan pagi saja, perasaannya pengen cepat istirahat. Baru pukul sebelas, rasanya sudah ingin pulang ke rumah. Hal ini agaknya sudah menjadi rahasia umum bagi anak-anak atau para siswa dan siswi di tingka Sekolah Menengah Pertama (SMP) kecuali bagi mereka yang tujaun ke sekolahnya untuk pacaran. Tak jarang dari mereka terlihat semangat unutk berangkat sekolah awal dengan semangat guna menemui ”cinta monyet” nya. Paling ironisnya,di usia tersebut para remaja sudah memiliki kemampuan untuk berias wajah serta memakai lipstick ke sekolah. Bukankah hal tersebut sangat tidak layak untuk dilakukan siswa SMP dilingkungan sekolah?. Entahlah, mungkin memang sudah dianggap lumrah oleh mereka.

 

 Momen paling indah yang biasanya dirasakan para siswa dan siswi SMP adalah ketika gurunya tidak bisa hadir yang kebetulan pada waktu itu ada PR yang waktu pengumpulannya harus diundur ke pertemuan berikutnya. Situasi seperti ini pasti menyenangkan bukan? kecuali jika kalian adalah siswa pintar serta sudah menyelesaikan PR nya jauh-jauh hari sebeulum tenggat waktu yang ditentukan. Pasti rasa kesal akan meliputi hati kalian bukan?

 

Bagaimana kawan-kawan? Apakah ada dari kawan-kawan yang sudah tamat SMP memiliki kesan yang henndak dibagikan kepada kami? Atau juga ada dari adik-adik yang masih duduk di bangku SMP yang membaca artikel ini tertaik untuk berbagi cerita tantangan belajar daring (Dalam jaringan) di masa-masa pandemi ini? Kalian pasti punya banyak hal menarik serta hal-hal yang ingin dikeluhkan bukan? jangan lupa untuk meninggalkan jejak di kolom komentar ya. Wassalaamu’alaikum.