Beberapa Cara Simpel Untuk Menjadi Guru Yang Baik
Oleh: Muhammad Rifqi (11901150)
PAI 4B
FTIK IAIN Pontianak 2021
Menjadi guru yang baik mungkin alasan mengapa seseorang masuk ke
perguruan tinggi di fakultas pendidiikan dan ilmu keguruan. Menjadi salah satu
dari mereka, mungkin saya bisa merasa related dari judul laporan bacaan
yang saya tulis saat ini. Apakah setiap orang memiliki potensi untuk menjadi guru
yang baik dan menyenangkan? Saya berasumsi bahwa setiap dari kita yang sudah at
least menyelesaikan jenjang pendidikan selama 12 tahun atau lebih memiliki
beberapa atau setidaknya satu guru favorit selama duduk di bangku sekolah
formal dari tingkat Sekolah Dasar atau SD hingga Sekolah SMA atau Sekolah
Menengah Atas. Personally, I think that is a common thing that every
students got. Diantara kita, mungkin ada yang sangat ingin memberikan
manfaat kepada orang lain. Harta mungkin akan sangat bermanfaat jika diberikan
kepada orang lain, namun bukakn berarti orang yang hanya hidup berekcukupan
tidak mampu memberikan faedah terhadap khalayak. At the end of the day, I just
want to be myself weather it is an official hired teacher at public school, or
just a normal regular person who always benefit a lot of people. Mereka diluar
sana mungkin tidak akan pernah mengapresiasi usaha seseorang dalam memberikan
manfaat bagi orang banyak, tapi masyarakat sangat memerlukan orang-orang yang
berjuang meningkatkan kecerdasan umat paling tidak menurunkan angka buta huruf
sehingga tidak aka nada lagi generasi yang tidak dapat membaca dan menulis,
karena salah satu peritntah Allah kepada kita adalah membaca (Ref. QS AL
‘ALAQ Vers. One). Meskipun saya sudah dua tahun lulus dari tingkat Sekolah
Menengah Atas, saya masih ingat aroma tersebut. Saya masih ingat aroma yang
dibenci namun sangat dirindu. Mandi pagi dan menjinjing ransel kesebuah gedung kotak
bernama sekolah merupakan hal yang dulu sangat ingin kita terbebas darinya,
namun sangat membengkas di dalam jiwa yang sangat haus akan ilmu dan
keterampilan. Dahulu mungkin kita menganggap bahwa mimpi buruk adalah ketika
selama delapan jam terkurung di sekolah bak tahanan yang mengabiskan waktu
hukuman dibalik sel jeruji bernama penjara. And it is actually a fact than
most of the students feel that way, and I felt the same way though. Namun penderitaan
itu semua akan berakhir sampai secarik kertas kuning bernama ijazah diserahkan
dari tangan pihak sekolah kepada kalian yang sekarang ini sedang bejuang
mati-matian untuk survived during the online school due to global pandemic. Setiap
mili dari tinta pulpen yang kalian keluarkan adalah bukti bahwa kalian memiliki
kesadaran, at least tanggung jawab kalian sebagai seorang pelajar atau
sebagai seorang anak yang ingin berbakti dan menyenangkan kedua orang tua
kalian dengan mengenyam pendidikan serta menimba ilmu and keep fighting for
you future for being a better person from your parents. Mengenyam pendidikan
bagaikan memenjarakan diri cukup worth-it. Setidaknya mayoritas
masyarakat bertujuan untuk menimba ilmu dan menenyam pendidikan agar bisa
mendapatkan pekeraan, menghasilkan uang dan membayar pajak. Honestly¸ itu
tidak bisa kita katakan sebagai tujuan yang tidak mulia. Mengapa? Karena mereka
hanyalah menjalankan siklus kehidupan sekelompok manusia agar rantai ekonomi
bergerak dan memberi makan anak-anak mereka serta membahagiakan orang tua yang
sudah menyapihnya dari tali pusar mereka masih menempel hingga uban dikepala
mereka tumbuh.
Bacaan saya pada pekan ini adalah tentang “6 Cara Simpe Untuk Menjadi
Guru yang lebih baik”. Seperti biasa artikel yang menjadi bahan bacaan saya
juga dalam berbahasa asing. Kalian mungkin akan berprasangka bahawa saya tidak
nasionalis dan sebagainya karena selalu membaca karya tulis orang luar
dibanding tulisan karya orang dalam negeri. Well, I will not blame you for
assuming that kind of thing to me at least I feel that too. Alasan sebenarnya
mengapa saya selalu membaca artikel berbahasa asing hanyalah untuk meng-improve
skill atau kemampuan membaca dan menerjemahkan tulisan berbahasa asing
agar teman-teman kita yang belum diberi kesempatan oleh Allah untuk belajar
bahasa asing bisa mendapatkan informasi yang sama tanpa perlu menghabiskan
banyak waktu dan tenanga untuk belajar bahasa asing terlebih dahulu. Rasanya memang
tidak adil jika rantai informasi dan komunikasi harus putus hanya karena
kendala perbedaan bahasa sehingga bagi saya fardhu kifayah untuk menerjemahkan
beberapa tulisan berbahasa asing kedalam bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan kita semua. Fisrt of all, mengapa saya membaca artikel
tersebut, jawaban pendeknya karena saya sedang duduk di bangku kuliah keguruan.
Jawaban panjangnya, saya ingin agar suatu hari nanti ketika sudah lulus dan
meraih gelah sarjana pendidikan, saya bisa menjadi guru yang menyenangkan
seperti guru-guru hebat yang pernah mengajar saya dari sekolah tingkat Sekolah
Dasar (SD) hingga tingkat Sekolah SMA atau Sekolah Menengah Atas. Salah satu
guru kegemaran saya waktu saya masih duduk di bangku MTs mengatakan bahwa untuk
bisa menguasai suatu mata pelajaran adalah salah satunya dengan mencintai (cinta
yang berbentuk hormat dan menyenangi) guru yang mengampu mata pelaaran tersebut
dan saya setuju dengan beliau. Saya pernah menjadi seorang siswa dan saya
merasakan sendiri bahwa terkadang guru yang menyenangkan membuat belajar terasa
lebih semangat dan bergairah dibanding ketika belajar bersama guru killer yang
sangat galak dan menakutkan. So I think it is really necessary for you guys
to read this article as a lessons to be a better teacher. Alur pendidikan
selama satu tahun ajaran pada sebuah bidang study ada di tangan guru. Guru bisa
membolak-balikan emosi siswa dengan menjadi sangat anggun atau menjadi
tempramen dan pemarah. Siapa yang suka guru pemarah? Jika kalian berjiwa
militer mungkin jenis atau tipe guru pemarah tidak akan memengaruhi kualitas
belajar kalian, namun tidak semua peserta didik bisa merasakan hal yang sama
bukan? apalagi jika kalian sudah hilang respect terhadap seseorang,
mungkin kalian akan merasa muak untuk menimba ilmu darinya. Kalian bisa
menyalahkan kegagalan belajar kalian pada diri kalian sendir atau kepada guru
yang mengajar kalian atau siapapun yang bisa kalian salahkan. Akan tetapi, hal
tesebut tidak akan mengubah fakta bahwa kalian telah gagal. Gagal merupakan hal
yang wajar. Kita bisa bangkit dan berusaha untuk lebih giat belajar agar
memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Peran guru untuk masa
sekarang mungkin tidak begitu pengaruh dengan hasil belajar kalian, namun bukan
berarti kalian harus mengabaikan bahwa guru juga menjadi salah satu faktor
kegagalan maupun keberhasilan belajar para peserta didik. Untuk itu saya tidak
ingin menjadi guru yang membuat gagal para peserta didik dalam belajar dan
menerima pelajaran.
Berikut ini merupakan 6 Cara Untuk Menjadi Guru yang lebih baik ala
Lizzie Weakley, namun saya hanya akan membahas tiga poin pertama saja. untuk
tiga poin lainnya. Mungkin dikesempatan berikutnya akan saya ulas. Who
Knows?
Sebagai seorang guru, seluruh karir kita bertujuan untuk memberikan
pendidikan kepada para peserta didik semampu dan semaksial yang kita bisa. Salah
satu cara efektif agar tujuan ini tercapai adalah dengan menjadi guru terbaik
(dan secara umum sebagai manusia yang lebih baik) yang kita bisa. Inilah enam
cara untuk menjadi guru yang lebih baik agar dapat mensukseskan para peserta
didik
1.) Jagalah dirimu sendiri
Saya cukup tekejut dengan point pertama dari artikel tersebut. Bukankah seseorang
yang ingin memberikan manfaat kepada orang lain harus mengorbankan dirinya
sendiri dan tidak memikirkan kepentingan pribadi? Bagi saya mungkin hal
tersebut akan lebih make sense. Namun ternyata saya salah. Setelah membaca
artikel tersebut, ternyata memperdulikan diri sendiri juga harus dilakukan oleh
seorang pendidik. Para sisiwa memerlukan kita untuk senantiasa sehat. Guru akan
memberikan yang terbaik saat berada dalam kondisi terbaik sehingga penting bagi
seorang pendidik untuk menjaga diri mereka sendiri agar bisa memberikan manfaat
kepada para siswa sehingga tidak mungkin seorang guru akan marah-marah tidak
jelas saat emosinya sedang bahagia dan stabil sehingga penting bagi sang guru
untuk menjaga kesehatan dan spiritualnya. Sampai point ini saya sangat setuju. Saya
masih ingat dengan guru saya dulu yang suka marah-marah karena ternyata
memiliki masalah pribadi didalam rumah tangganya.
2.)Evaluasilah dirimu sendiri
Kalian mungkin sudah meraih gelar sarjana pendidikan dan sudah pernah
menulis banyak jurnal serta menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi. Namun hal
tersebut tidak membuat diri anda merasa bermudah-mudahan dalam menilai diri
sendiri. Mengevaluasi cara mengajar sangat penting untuk dilakukan bagi serang
guru. Untuk itu, luangkanlah waktu beberapa menit setelah kelas berakhir untuk
mengevaluasi diri anda sendiri saat mengajar para peserta didik agar cara
mengajar anda akan senantiasa membaik sehingga memberikan manfaat tersendiri
bagi para siswa. Dari poin nomor dua membuat saya beranya-tanya, apakah
guru-guru saya dahulu juga demikian? Saya berbaik sangka bahwa mereka pasti
juga melakuakan hal tersebut agar bisa menjadi guru yang lebih baik lagi.
3.)Memberikan Tekanan Yang Positif
Bukan sebuah hal yang mengejutkan bahawa seorang guru akan marah saat menghadapi siswa-siwanya yang gagal dalam ulangan harian atau ujian tengah semester dan hal ini sebetulnya tidaklah elok untuk dilakukan. Namun apakah guru sama sekali tidak boleh memiliki ekspetasi yang tinggi terhadap muridnya? Jawabannya boleh-boleh saja. namun yang perlu ditekankan disini adalah memberikan tekanan positif. Seperti apa tekanan positif itu? Tekanan positif yang dimaksud adalah memberikan semangat yang membangun untuk meningkatkan semangat belajar para siswa agar meraka memiliki motivasi yang baik dalam belajar. Hal yang tak kalah penting adalah jangan lupa untuk mengapresiasi dan memberikan pujian kepada para siswa saat mereka berhasil dan meraih nilai yang memuaskan. Sampai pada poin yang ketiga ini, saya merasa amazed bahwa sudah menjadi guru bukan berarti fase berhenti belajar kita telah selesai. Justru saat terjun langsung ke dunia pendidikan yang real, kita memiliki banyak PR untuk dikerjakan. Saya harap saya bisa menjadi guru yang demikian. Tidak hanya bisa memberikan ilmu semata, namun juga bisa memberikan dukungan yang berarti untuk para peserta didik serta dorongan positif agar mereka memiliki motivasi belajar yang baik dan sehat secara fisik dan mental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar