KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TINGKAT SMP/SEDERAJAT
oleh: Muhammad Rifqi (11901150)
PAI 4B FTIK IAIN Pontianak 2021
Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalaamualaikum ya Asdiqaa'i. Marhaban bikum, Masaa'al Kahir?
Memasuki hari ke sebelas pada bulan Ramadhan ini, saya diberikan keberkahan waktu oleh Allah untuk menyusun laporan bacaan mingguan guna memenuhi tugas mata kuliah “Magang 1” yang mana bahan bacaan saya pada pekan ini menyinggung tentang karakteristik peserta didik, lebih khususnya yaitu peserta didik tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat. Entah mengapa pekan ini saya tertarik untuk membaca artikel ini, mungkin karena saya akan melakukan observasi di sebuah Madrasalah Tsanawiyah. Well, let see then. Adapun referensi bacaan saya dapat anda lihat langsung melaui link ini à https://blog.penningtonpublishing.com/reading/characteristics-of-middle-school-learners/
Pelajar Sekolah
Menengah Pertama atau SMP memiliki karakteristik yang cukup berbeda secara
kualitatif dibanding para siswa dan siswi atau anak Sekolah Dasar atau SD. Hal ini
yang saya yakini kepada para orang tua (walaupun saya belum menjadi orang tua,
hehehe…) yang tentunya mereka lebih mengenal anak mereka sendir dibanding
guru-guru dari anak mereka yang hanya mengajar anak-anak mereka disekolah
selama lima atau enam hari denagn durasi jam sekitar lebih kurang tujuh jam per
harinya. Berdasarkan artikel yang menjadi rujukan saya tersebut memaparkan
bahwa para orang tua biasanya akan mendapati anaknya yang sedang duduk dibangku
Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederaat akan melalui fase dimana terjadi
perubahan karakteristik secara kognitif dan sosial pada anak mereka. Seorang guru
Bahasa Inggris di Amerika serikat mendapati para siswanya di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) atau mereka sebut dalam bahasa inggris sebagai Middle Scooler menghadapi
tantangan belajar serta masing-masing dari mereka memiliki kesuksesan tingkat
belajar yang berbeda-beda.
Dari pengalamannya menjadi guru Bahasa Inggris
di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, beliau mendapati bahwa anak-anak
atau para siswa dan siswi di Sekolah Menengah Pertama memiliki daya semangat
baca secara umum yang agak tinggi dibanding dengan para siswa dan siswi atau anak-anak
di tingkat Sekolah Dasar. Hal ini beliau duga karena anak-anak atau para siswa
dan siswi di tingkat Sekolah Menengah Pertama memiliki rasa penasaran serta
rasa ingin tau yang cukup besar dibanding dengan anak-anak atau para siswa dan
siswi di tingkat Sekolah Dasar atau primary school. Sebelum mengalami
hal ini, beliau mengira bahwa karakteristik daya minat baca pada anak-anak atau
para siswa di tingkat Sekolah Dasar dan anak-anak atau para sisa di tingkat Sekolah
Menengah Pertama akan sama, nyatanya beliau salah dalam hal ini.
Para siswa di tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki
banyak hal yang harus mereka pelajari dibanding anak anak di tingak Sekolah
Dasar (SD). Para siswa atau anak-anak di Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan
memerlukan lebih benyak tentang pengetahuan kosa kata, pelajaran sikap sosial
serta pembelajaran membangun hubungan yang baik dibanding dengan para siswa
atau anak-anak di seklah dasar (SD). Namun, semuanya tak selalu berjalan lurus.
Terkadang anak-anak atau para siswa dan siswi di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
menghadapi lebih banyak hambatan belajar dibanding dengan anak-anak atau para
siswa di Sekolah Dasar (SD). Fase ealy teenager memang berbahaya kan guys?
Jika tanpa bimbingan, maka mereka kemungkinan akan berakhir kepada masalah
kenakalan remaja. Semoga hal teesebut tidak akan terjadi kepada adik-adik dan
keluarga kita ya.
Pada paragraph atau
alenia ke empat dari artikel, sang penulis menyebutkan bahwa walaupun anak-anak
atau para siswa dan siswi di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki
minat baca yang lebih besar dibanding dengan anak-anak atau para siswa dan
siswi di tingkat Sekolah Dasar (SD), anak SMP cendrung lebih cepat bosan ketika
dihadapkan dengan suatu bacaan sederhana berbasis kartun sehingg beliau melihat
bahwa murid-muridnya langsung memilih untuk langsung tidak belar ketika di
hadapkan dengan sebuah materi pengembangan yang berbasis pelajaran kelas 4 SD. Para
murid beliau langsung tidak tertarik ketika melihat sebuah judul bacaan yang di
sampingnya tersisipkan sebuah kartun yang terkesan kekanak-kanakan.
Anak-anak atau
para siwa dan siswi di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan lebih
mementingkan konsep diri tentang menhadapi situasi nyata dibanding dengan
seuatu yang tidak pasti sehingga biasanya para siswa dan siswi atau anak-anak
di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan langsung merasa bosan jika di
hadapkan dengan sebuah bacaan-bacaan yang mereka anggap semu sehingga tak
jarang rekasi yang mereka keluarkan saat membaca berita-berita di Koran adalah
sebuah kebosanan dan jauh dari kata menarik meskipun tidak semua dari anak-anak
atau para siswa dan siswi di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki respon
yang sama terhadap hal demikian.
Sebuah riset yang
dilakukan oleh tima peneltian The RtI (Response to Interventio) Jaringan
kota di Amerika Serkat (USA) melaporkan bahwa sebagai seorang guru di tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) memerlukan kemampuan startegi pengajaran
menumbuhkan minat membaca dan menulis pada anak-anak atau para siswa dan siswi
SMP, adapun artikel yang bisa menjadi rujukan para guru di tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP) salah satunya adalah yang bertajuk “Twelve Tips
to Teach the Reading-Writing Connection” yang di
unggah di blog blog.penningtonpublishing.com . Selanjutnya, para
guru di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) hendaknya menekankan kepada
murid-murid mereka akan pentingnya informasi dari konten bacaan yang diberikan.
Lebih lanjut, hal ini juga bisa menjadi objek penilaian tersendiri dimata para
guru di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Perkembangan
Kognitif Siswa SMP
Saat memasuki usia
dua belas tahun, tiga belas tahun dan empat belas tahun, mayoritas dari para
siswa dan siswi di tingkat Sekolah Menengah Pertama mulai mengalami masa-masa
berkembang dari segi memahami imbol-simbol kedewasaan dan konsep yang abstrak. Menurut
kalsifikasi Piaget, para siswa akan mengalami perkembangan tahap kemapuan
operasional formal menuju tahap perkembangan kemampuan kedewasaan awal. Faktanya,
belajar membuat otak mereka berkembang sehingga mereka mereka akan menghalami
perkembangan paling lambat sebelum menuju fase kedewasaan selanjutnya, umunya,
para remaja di SMP mengalami perkembangan karakteristik anatara lain:
1.
Rasa penasaran yang amat tinggi untuk mempelari hal-hal baru yang
menurut mereka sangat berguna
2.
Menikmati pemecahan masalah yang mereka hadapi atau benar-benar terjadi
di dunia nyata.
3.
Lebih mementingkan diri sendiri serta bagaimana bersikap kepada
teman-teman meraka
4.
Menolak perataruan orang dewasa serta menginginkan kebebasan
5.
Mulai berfiki kritis
Dari lima poin
diatas, rasa-rasanya banyak dari diri kita mengalami hal-hal tersebut di usai
12-14 tahun kan guy?. Lebih umumnya lagi, banyak anak SMP juga yang
sudah mulai mengenal pacaran. Entahlah, mungkin karena pengaruh fase pubertas
awal kali ya?
Dari semua paparan
diatas, saya mencobat untuk menerjemahkan dari artikel aslinya yang berbahasa
inggris ke bahasa Indonesia dengan 100% kalimat saya sendiri sehingga saya
mohon maaf jika banyak terjemahan yang kurang tepat atau typo yang mengganggu. Semua
pembahasan diatas masih belum semua yang
saya terjemahkan dari artikel aslinya, sehingga jika kawan-kawan sekalian
tertarik untuk membacanya lebih lanjut, kawan-kawan bisa langsung mengunjungi
blog aslinya yang berbahasa inggris yang saya taruh linknya di paragraph atau
alenia pertama, sekaligus melatih kemampuan English Reading Skill kalian.
Saran saya jika kalian belum mampu membaca langsung, jangan diterjemahkan di
google translate ya, karena sudah dipastikan bahwa terjemahannya akan berujung
tidak masuk akal alias kalimat yang penuh dengan kerancuan.
Berbicara soal
masa-masa SMP, tak lain dan tak bukan adalah masa-masa yang membosankan bagi
saya. Letihnya belajar serta menghadapi guru yang galak sudah menjadi makanan
sehari-hari yang mau tidak mau harus dirasakan oleh sabgian kita. Walaupun sekarang
saya merasa agak menyesal karena tidak menggunakan waktu belajar yang maksimal
di masa-masa SMP sehingga saya merasa kecacatan ilmu yang saya rasakan sekarang
akibat ketidakmaksiamalan saya dalam menggunakan waku untuk di belajar di
masa-masa tersebut. Tapi sudahlah, semuanya sudah berlalu, untuk adik-adik yang
sekarang sedang mati-matian belajar daring karena pandemi, jangan putus
semangat ya. Dengan izin Allah, semua itu pasti berlalu.
Masa-masa SMP saya
penuh dengan cerita dan dinamika. Perubahan emosi yang selalu teradi di dalam
diri senantiasa membuat perasaan menjadi tak menentu. Mulai dari rasa ingin
untuk melanggar aturan sekolah sampai melalaikan Pekerjaa Rumah (PR) sudah
pasti pernah dilakukan. Tak jarang hal-hal seperti ini yang membuat kita sangat
merasa muak untuk berlama-lama berada di sekolah. Baru pukul delapan pagi saja,
perasaannya pengen cepat istirahat. Baru pukul sebelas, rasanya sudah ingin
pulang ke rumah. Hal ini agaknya sudah menjadi rahasia umum bagi anak-anak atau
para siswa dan siswi di tingka Sekolah Menengah Pertama (SMP) kecuali bagi
mereka yang tujaun ke sekolahnya untuk pacaran. Tak jarang dari mereka terlihat
semangat unutk berangkat sekolah awal dengan semangat guna menemui ”cinta
monyet” nya. Paling ironisnya,di usia tersebut para remaja sudah memiliki
kemampuan untuk berias wajah serta memakai lipstick ke sekolah. Bukankah hal
tersebut sangat tidak layak untuk dilakukan siswa SMP dilingkungan sekolah?. Entahlah,
mungkin memang sudah dianggap lumrah oleh mereka.
Momen paling indah yang biasanya dirasakan
para siswa dan siswi SMP adalah ketika gurunya tidak bisa hadir yang kebetulan
pada waktu itu ada PR yang waktu pengumpulannya harus diundur ke pertemuan
berikutnya. Situasi seperti ini pasti menyenangkan bukan? kecuali jika kalian
adalah siswa pintar serta sudah menyelesaikan PR nya jauh-jauh hari sebeulum
tenggat waktu yang ditentukan. Pasti rasa kesal akan meliputi hati kalian
bukan?
Bagaimana kawan-kawan? Apakah ada dari kawan-kawan yang sudah tamat SMP memiliki kesan yang henndak dibagikan kepada kami? Atau juga ada dari adik-adik yang masih duduk di bangku SMP yang membaca artikel ini tertaik untuk berbagi cerita tantangan belajar daring (Dalam jaringan) di masa-masa pandemi ini? Kalian pasti punya banyak hal menarik serta hal-hal yang ingin dikeluhkan bukan? jangan lupa untuk meninggalkan jejak di kolom komentar ya. Wassalaamu’alaikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar