Minggu, 13 Juni 2021

Laporan Bacaan: Some Simple Ways to be a Better Teacher (Magang 1) #cuatro #eleventhmeeting

 Beberapa Cara Simpel Untuk Menjadi Guru Yang Baik

Oleh: Muhammad Rifqi (11901150)

PAI 4B

FTIK IAIN Pontianak 2021


Menjadi guru yang baik mungkin alasan mengapa seseorang masuk ke perguruan tinggi di fakultas pendidiikan dan ilmu keguruan. Menjadi salah satu dari mereka, mungkin saya bisa merasa related dari judul laporan bacaan yang saya tulis saat ini. Apakah setiap orang memiliki potensi untuk menjadi guru yang baik dan menyenangkan? Saya berasumsi bahwa setiap dari kita yang sudah at least menyelesaikan jenjang pendidikan selama 12 tahun atau lebih memiliki beberapa atau setidaknya satu guru favorit selama duduk di bangku sekolah formal dari tingkat Sekolah Dasar atau SD hingga Sekolah SMA atau Sekolah Menengah Atas. Personally, I think that is a common thing that every students got. Diantara kita, mungkin ada yang sangat ingin memberikan manfaat kepada orang lain. Harta mungkin akan sangat bermanfaat jika diberikan kepada orang lain, namun bukakn berarti orang yang hanya hidup berekcukupan tidak mampu memberikan faedah terhadap khalayak. At the end of the day, I just want to be myself weather it is an official hired teacher at public school, or just a normal regular person who always benefit a lot of people. Mereka diluar sana mungkin tidak akan pernah mengapresiasi usaha seseorang dalam memberikan manfaat bagi orang banyak, tapi masyarakat sangat memerlukan orang-orang yang berjuang meningkatkan kecerdasan umat paling tidak menurunkan angka buta huruf sehingga tidak aka nada lagi generasi yang tidak dapat membaca dan menulis, karena salah satu peritntah Allah kepada kita adalah membaca (Ref. QS AL ‘ALAQ Vers. One). Meskipun saya sudah dua tahun lulus dari tingkat Sekolah Menengah Atas, saya masih ingat aroma tersebut. Saya masih ingat aroma yang dibenci namun sangat dirindu. Mandi pagi dan menjinjing ransel kesebuah gedung kotak bernama sekolah merupakan hal yang dulu sangat ingin kita terbebas darinya, namun sangat membengkas di dalam jiwa yang sangat haus akan ilmu dan keterampilan. Dahulu mungkin kita menganggap bahwa mimpi buruk adalah ketika selama delapan jam terkurung di sekolah bak tahanan yang mengabiskan waktu hukuman dibalik sel jeruji bernama penjara. And it is actually a fact than most of the students feel that way, and I felt the same way though. Namun penderitaan itu semua akan berakhir sampai secarik kertas kuning bernama ijazah diserahkan dari tangan pihak sekolah kepada kalian yang sekarang ini sedang bejuang mati-matian untuk survived during the online school due to global pandemic. Setiap mili dari tinta pulpen yang kalian keluarkan adalah bukti bahwa kalian memiliki kesadaran, at least tanggung jawab kalian sebagai seorang pelajar atau sebagai seorang anak yang ingin berbakti dan menyenangkan kedua orang tua kalian dengan mengenyam pendidikan serta menimba ilmu and keep fighting for you future for being a better person from your parents. Mengenyam pendidikan bagaikan memenjarakan diri cukup worth-it. Setidaknya mayoritas masyarakat bertujuan untuk menimba ilmu dan menenyam pendidikan agar bisa mendapatkan pekeraan, menghasilkan uang dan membayar pajak. Honestly¸ itu tidak bisa kita katakan sebagai tujuan yang tidak mulia. Mengapa? Karena mereka hanyalah menjalankan siklus kehidupan sekelompok manusia agar rantai ekonomi bergerak dan memberi makan anak-anak mereka serta membahagiakan orang tua yang sudah menyapihnya dari tali pusar mereka masih menempel hingga uban dikepala mereka tumbuh.

 

Bacaan saya pada pekan ini adalah tentang “6 Cara Simpe Untuk Menjadi Guru yang lebih baik”. Seperti biasa artikel yang menjadi bahan bacaan saya juga dalam berbahasa asing. Kalian mungkin akan berprasangka bahawa saya tidak nasionalis dan sebagainya karena selalu membaca karya tulis orang luar dibanding tulisan karya orang dalam negeri. Well, I will not blame you for assuming that kind of thing to me at least I feel that too. Alasan sebenarnya mengapa saya selalu membaca artikel berbahasa asing hanyalah untuk meng-improve skill atau kemampuan membaca dan menerjemahkan tulisan berbahasa asing agar teman-teman kita yang belum diberi kesempatan oleh Allah untuk belajar bahasa asing bisa mendapatkan informasi yang sama tanpa perlu menghabiskan banyak waktu dan tenanga untuk belajar bahasa asing terlebih dahulu. Rasanya memang tidak adil jika rantai informasi dan komunikasi harus putus hanya karena kendala perbedaan bahasa sehingga bagi saya fardhu kifayah untuk menerjemahkan beberapa tulisan berbahasa asing kedalam bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan kita semua. Fisrt of all, mengapa saya membaca artikel tersebut, jawaban pendeknya karena saya sedang duduk di bangku kuliah keguruan. Jawaban panjangnya, saya ingin agar suatu hari nanti ketika sudah lulus dan meraih gelah sarjana pendidikan, saya bisa menjadi guru yang menyenangkan seperti guru-guru hebat yang pernah mengajar saya dari sekolah tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat Sekolah SMA atau Sekolah Menengah Atas. Salah satu guru kegemaran saya waktu saya masih duduk di bangku MTs mengatakan bahwa untuk bisa menguasai suatu mata pelajaran adalah salah satunya dengan mencintai (cinta yang berbentuk hormat dan menyenangi) guru yang mengampu mata pelaaran tersebut dan saya setuju dengan beliau. Saya pernah menjadi seorang siswa dan saya merasakan sendiri bahwa terkadang guru yang menyenangkan membuat belajar terasa lebih semangat dan bergairah dibanding ketika belajar bersama guru killer yang sangat galak dan menakutkan. So I think it is really necessary for you guys to read this article as a lessons to be a better teacher. Alur pendidikan selama satu tahun ajaran pada sebuah bidang study ada di tangan guru. Guru bisa membolak-balikan emosi siswa dengan menjadi sangat anggun atau menjadi tempramen dan pemarah. Siapa yang suka guru pemarah? Jika kalian berjiwa militer mungkin jenis atau tipe guru pemarah tidak akan memengaruhi kualitas belajar kalian, namun tidak semua peserta didik bisa merasakan hal yang sama bukan? apalagi jika kalian sudah hilang respect terhadap seseorang, mungkin kalian akan merasa muak untuk menimba ilmu darinya. Kalian bisa menyalahkan kegagalan belajar kalian pada diri kalian sendir atau kepada guru yang mengajar kalian atau siapapun yang bisa kalian salahkan. Akan tetapi, hal tesebut tidak akan mengubah fakta bahwa kalian telah gagal. Gagal merupakan hal yang wajar. Kita bisa bangkit dan berusaha untuk lebih giat belajar agar memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Peran guru untuk masa sekarang mungkin tidak begitu pengaruh dengan hasil belajar kalian, namun bukan berarti kalian harus mengabaikan bahwa guru juga menjadi salah satu faktor kegagalan maupun keberhasilan belajar para peserta didik. Untuk itu saya tidak ingin menjadi guru yang membuat gagal para peserta didik dalam belajar dan menerima pelajaran.

 

Berikut ini merupakan 6 Cara Untuk Menjadi Guru yang lebih baik ala Lizzie Weakley, namun saya hanya akan membahas tiga poin pertama saja. untuk tiga poin lainnya. Mungkin dikesempatan berikutnya akan saya ulas. Who Knows?

Sebagai seorang guru, seluruh karir kita bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada para peserta didik semampu dan semaksial yang kita bisa. Salah satu cara efektif agar tujuan ini tercapai adalah dengan menjadi guru terbaik (dan secara umum sebagai manusia yang lebih baik) yang kita bisa. Inilah enam cara untuk menjadi guru yang lebih baik agar dapat mensukseskan para peserta didik

1.) Jagalah dirimu sendiri

Saya cukup tekejut dengan point pertama dari artikel tersebut. Bukankah seseorang yang ingin memberikan manfaat kepada orang lain harus mengorbankan dirinya sendiri dan tidak memikirkan kepentingan pribadi? Bagi saya mungkin hal tersebut akan lebih make sense. Namun ternyata saya salah. Setelah membaca artikel tersebut, ternyata memperdulikan diri sendiri juga harus dilakukan oleh seorang pendidik. Para sisiwa memerlukan kita untuk senantiasa sehat. Guru akan memberikan yang terbaik saat berada dalam kondisi terbaik sehingga penting bagi seorang pendidik untuk menjaga diri mereka sendiri agar bisa memberikan manfaat kepada para siswa sehingga tidak mungkin seorang guru akan marah-marah tidak jelas saat emosinya sedang bahagia dan stabil sehingga penting bagi sang guru untuk menjaga kesehatan dan spiritualnya. Sampai point ini saya sangat setuju. Saya masih ingat dengan guru saya dulu yang suka marah-marah karena ternyata memiliki masalah pribadi didalam rumah tangganya.

2.)Evaluasilah dirimu sendiri

Kalian mungkin sudah meraih gelar sarjana pendidikan dan sudah pernah menulis banyak jurnal serta menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi. Namun hal tersebut tidak membuat diri anda merasa bermudah-mudahan dalam menilai diri sendiri. Mengevaluasi cara mengajar sangat penting untuk dilakukan bagi serang guru. Untuk itu, luangkanlah waktu beberapa menit setelah kelas berakhir untuk mengevaluasi diri anda sendiri saat mengajar para peserta didik agar cara mengajar anda akan senantiasa membaik sehingga memberikan manfaat tersendiri bagi para siswa. Dari poin nomor dua membuat saya beranya-tanya, apakah guru-guru saya dahulu juga demikian? Saya berbaik sangka bahwa mereka pasti juga melakuakan hal tersebut agar bisa menjadi guru yang lebih baik lagi.

3.)Memberikan Tekanan Yang Positif

Bukan sebuah hal yang mengejutkan bahawa seorang guru akan marah saat menghadapi siswa-siwanya yang gagal dalam ulangan harian atau ujian tengah semester dan hal ini sebetulnya tidaklah elok untuk dilakukan. Namun apakah guru sama sekali tidak boleh memiliki ekspetasi yang tinggi terhadap muridnya? Jawabannya boleh-boleh saja. namun yang perlu ditekankan disini adalah memberikan tekanan positif. Seperti apa tekanan positif itu? Tekanan positif yang dimaksud adalah memberikan semangat yang membangun untuk meningkatkan semangat belajar para siswa agar meraka memiliki motivasi yang baik dalam belajar. Hal yang tak kalah penting adalah jangan lupa untuk mengapresiasi dan memberikan pujian kepada para siswa saat mereka berhasil dan meraih nilai yang memuaskan. Sampai pada poin yang ketiga ini, saya merasa amazed bahwa sudah menjadi guru bukan berarti fase berhenti belajar kita telah selesai. Justru saat terjun langsung ke dunia pendidikan yang real, kita memiliki banyak PR untuk dikerjakan. Saya harap saya bisa menjadi guru yang demikian. Tidak hanya bisa memberikan ilmu semata, namun juga bisa memberikan dukungan yang berarti untuk para peserta didik serta dorongan positif agar mereka memiliki motivasi belajar yang baik dan sehat secara fisik dan mental.